CaraMengqadha Sholat Maghrib di Waktu Isya TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Umat muslim tetap harus mengganti sholat lima waktu apabila terlewat, yakni dengan cara mengqadha. Qadha sholat merupakan menganti sholat lima waktu yang tertinggal atau tidak dilaksanakan, baik disengaja maupun tidak.
Suasana Masjid Nabawi Madinah menjelang waktu Maghrib pada Juni 2020. Foto/Channel Hafiz Kashif MahmoodSalah satu waktu yang paling berkah selain sahur adalah waktu antara Maghrib dan Isya. Di waktu yang singkat tersebut kita diperintahkan untuk mengisinya dengan memang terasa singkat, tapi penuh dengan kucuran rahmat Allah. Al-Habib Abdullah bin Abu Bakar Alaydrus berkata الكنوز كل الكنوز فيما بين المغرب و العشاء "Pusaka hal yang paling berharga dari segala pusaka ada pada waktu antara Maghrib dan Isya'.Dikisahkan bahwa ada seorang murid Ahmad bin Abi Al-Hawariy bertanya pada gurunya, Syekh Abu Sulaiman rahimahullah. Dia berkata "Wahai Syekh, aku ini sangat ingin untuk beribadah puasa di pagi hari dan juga ingin menghidupkan waktu antara Maghrib dan Isya dengan ibadah. Akan tetapi jika aku lakukan keduanya itu sangat susah. Jika paginya aku berpuasa, tentu di waktu Maghrib aku akan sibuk untuk berbuka, masak, dan lain-lain. Lalu bagaimana?Syekh Sulaiman menjawab "Kau lakukan keduanya itulah yang afdhol. Pagi harinya berpuasa, dan ketika adzan Maghrib engkau berbuka sebentar kemudian langsung beribadah."Muridnya pun mengadu bahwa susah melakukan 2 hal itu. Lantas mana yang harus dipilih di antara dua ibadah itu? Puasa tapi waktu antara Maghrib dan Isya sibuk dengan makanan atau sebaliknya?Syekh Sulaiman menjawab اذن احيي بين العشائين
Sayamenghafal sepuluh rokaat dari Rosulullah: dua rokaat sebelum sholat zhuhur, dua rokaat setelah sholat zhuhur, dua rokaat setelah sholat maghrib di rumah beliau, dua rokaat setelah sholat isya' di rumah beliau, dan dua rokaat sebelum subuh. Sebelum subuh ini adalah waktu di mana tidak seorang pun yang datang kepada Rosulullah SAW.
Diuraikan Oleh Habib Umar bin Hafidz Dulu pernah berkata Al-Habib Alwi bin Syihab, semoga Allah merahmati beliau. “Jika memakmurkan waktu antara maghrib dan isya wajib yang diwajibkan Allah niscaya tidak lebih besar dari ibadah di waktu tersebut.” Karena perhatian mereka, kepedulian mereka, yang dewasa dan yang kecilnya mereka tidak mengenal kecuali sebelum Maghrib di masjid, dan setelah maghrib mereka membaca Al-Qur’an dan dzikir sampai adzan isya. Imam Al’idrus berkata “Simpanan pahala banyak ada dalam menghidupkan antara maghrib dan isya.” Seorang wali dari marga Afif di Hajrain pernah berkata “Sungguh yang menemuiku dengan api yang menyala di wajahku lebih aku suka dari pada ia sebut soal dunia padaku diantara maghrib dan isya, ia ajak aku bicara soal dunia diantara maghrib dan isya.” Habib Ali Al-Masyhur dulu di masjid Baharun di Nuwaidereh, anaknya datang kepadanya ketika ia kehilangan tempat uangnya, didalamnya ada modal usahanya. Telah ia cari tapi tidak ditemukan. Lalu anaknya menemukannya setelah maghrib, maka ia temui ayahnya di masjid dan memberitahukannya. Beliau berkata “Hei nak, tidakkah ada waktu lain untuk urusan dunia selain waktu ini, ini sebab cinta hatimu terhadap dunia dan sebab sedikitnya pedulimu terhadap waktu ini dan kemuliannya, dan terhadap dzikirnya aku akan berikan pelajaran padamu setelah ini.” “Kenapa tidak duduk dan hadir bersama kami baca Al-Qur’an dan dzikir, dan kabarkan nanti setelah kita pulang kerumah setelah isya.” “Kau harus pergi musafir sekarang.” Dulu safar dianggap sikasaan yang berat bagi merreka Ia berkata “Satu tahun tidak boleh lihat wajahmu.” Ia usir dari kampung. Kemudian anaknya setelah satu tahun baru bisa mengerti kadar kebesaran antara maghrib dan isya. Dulu mereka mendidik dengan didikan seperti contoh diatas, dan menjalankan kewajiban-kewajiban ini karena Allah SWT. Lihatlah jika manusia perasaanya sudah mengeras, tidak lagi mengenal kemulian waktu dan kemuliaan menggunakan kesempatan taat. Kita keluar dari masjid, duduk diluar masjid antara maghrib dan isya. Adakalanya ngobrol dengan seseorang atau bermain dengannya, dan musibah jika ia menggunjing dan bermaksiat kepada Allah. Kita menggunjing 1, 2,3,4, dan kita bangun membawa 5 atau 10 gunjingan di waktu mulia. Allah berfirman “Sungguh awal malam itu lebih tepat untuk khusyu dan bacaan lebih bermakna.” Berkata sayidina Anas RA tentang firman Allah “Sisi-sisi perut mereka jauh dari tempat tidur.” Ia berkata “Waktu antara maghrib dan Isya, mereka berdoa kepada Allah dengan rasa takut dan harap, dan mereka menginfakkan sebagian rizqi yang kami berikan.” Semoga Allah memakmurkan waktu-waktu kita, dan menjaga umur kita yang mahal harganya. Amin Allahuma Amin. Navigasi pos
Padawaktu ini jin dan iblis amat bertenaga karena memiliki resonansi bersamaan dengan warna alam. Jika sedang dalam perjalanan hendaklah berhenti untuk mengerjakan sholat Maghrib. Hal ini lebih baik karena pada waktu maghrib, banyak interfernsi atau tumpang tindihnya dua atau lebih gelombang yang berfrekuensi sama sehingga penglihatan Waktu Tidur Setelah Shalat IsyaBerbincang-Bincang Setelah IsyaCatatan PentingWaktu Tidur Setelah Shalat IsyaWaktu tidur ideal bagi seorang muslim adalah langsung tidur sebisa mungkin setelah shalat Isya, akan tetapi apabila ada kegiatan yang lebih mashlahat dan untuk kebaikan, ia boleh melakukan aktivitas yang bermanfaat setelah shalat isya seperti belajar, menerima tamu, berbincang-bincang dengan keluarganya, tentu hendaknya tidak begadang sampai Juga Adab-Adab Ketika Bangun TidurDalil tidur setelah isya berdasarkan hadits makruhnya berbincang-bincang setelah shalat Isya, Dari Abu Barzah radhiallahu anhuأنَّ رسولَ الله – صلى الله عليه وسلم – كان يكرهُ النَّومَ قَبْلَ العِشَاءِ والحَديثَ بَعْدَهَا “Bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tidak menyukai tidur sebelum shalat Isya’ dan berbincang-bincang setelahnya.” [HR. Bukhatri & Muslim]Syaikh Abdulah Al-Faqih menjelaskan,فقد كان النبي صلى الله عليه وسلم ينام أول الليل بعد العشاء، إذ كان يكره النوم قبل العشاء والحديث بعدها“Adalah kebiasaan Nabis shallallahu alaihi wa sallam tidur di awal malam setelah salat Isya, karena dimakruhkan tidur sebelum shalat Isya dan berbincang-bincang setelahnya.” [Fatawa As-Syabakiyyah no. 251950]Ibnul Qayyim menjelaskan bahwa tidur di awal malam bermanfaat bagi kesehatan, beliau berkataوأنفع النوم ما كان عند شدة الحاجة إليه ، ونوم أول الليل أحمد وأنفع من آخره“Tidur yang paling bermanfaat adalah tidur ketika sangat mengantuk, tidur di awal malam paling baik dan paling bermanfaat dari lainnya.” [Madarijus Salikin 1/459-460]Baca Juga Apakah Penduduk Surga Mengalami Tidur?Berbincang-Bincang Setelah IsyaAn-Nawawi menjelaskan bahwa hukum asal berbincang-bincang setelah isya adalah makruh, akan tetapi apabila ada mashlahat dengan berbincang-bincang maka tidak diperbolehkan. Beliau berkataقال العلماء والمكروه من الحديث بعد العشاء هو ما كان في الأمور التي لا مصلحة فيها ، أما ما فيه مصلحة وخير فلا كراهة فيه ، وذلك كمدارسة العلم وحكايات الصالحين ومحادثة الضيف والعروس للتأنيس ومحادثة الرجل أهله وأولاده للملاطفة والحاجة ومحادثة المسافرين“Para ulama berkata makruh hukumnya berbincang-bincang setelah Isya, apabila pada perkara yang tidak ada mashlahatnya. Adapun apabila ada mashlahatnya maka baik dan bukan makruh. Misalnya seperti mempelajari ilmu, menceritakan kisah orang shlaih, berbincang-bincang dengan tamu, acara pernikahan, berbincang-bincang dan beramah-tamah dengan istri dan anak-anaknya dan perbincangan antar musafir.” [Syarah Muslim, 5/149]Baca Juga Sudah Bangun Shubuh, Masih Lanjut TidurCatatan PentingHendaknya berbincang-bincang setelah Isya tidak sampai begadang, karena Allah menjadikan malam sebagai waktu istirahat berfirman, وَجَعَلْنَا اللَّيْلَ لِبَاساً“dan Kami jadikan malam sebagai pakaian. [An Naba’ 10]Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah menjelaskan,فإن النبي صلى الله عليه وسلم كان يكره النوم قبل صلاة العشاء والحديث بعدها وإذا أطال الإنسان السهر فإنه لا يعطي بدنه حظه من النوم، ولا يقوم لصلاة الصبح، إلا وهو كسلان تعبان، ثم ينام في أول نهاره عن مصالحة الدينية والدنيوية، والنوم الطويل في أول النهار يؤدي إلى فوات مصالح كثيرة“Nabi shallallahu alaihi wa sallam membenci tidur sebelum isya dan berbincang-bincang tidak bermanfaat setelahnya. Jika seseorang begadang semalaman dan tidak memberikan hak tidur kepada badannya, bahkan tidak shalat subuh kecuali bangn dengan tubuh yang lelah dan malas, kemudian tidur di awal hari, maka ia telah kehilangan mashlahat yang banyak.”[ Liqaa’ Asy syahri 1/333] Pola kehidupan kita di zaman ini menyebabkan tidak memungkinkan melakukan sunnah ini terus-menerus, yaitu langsung tidur setelah isya, akan tetapi hendaknya seorang muslim pernah sesekali melakukan sunnah tidur setelah isya agar lebih mudah bangun shalat malamBaca JugaDemikian semoga bermanfaat Lombok, Pulau Seribu MasjidPenyusun Raehanul BahraenArtikel
Contohnyaibadah shalat tathawu /shalat sunnah. Banyak sekali ummat Islam, selepas shalat maghrib usai langsung sibuk dengan TV-nya, atau hidangan di meja makan. Di waktu dhuha, sibuk dengan pekerjaannya. Di waktu subuh, terlalu malas untuk mendirikan shalat qabliyah shubuh. Selepas Isya, terlalu ngantuk untuk mendirikan shalat ba'diyah Isya.
Sebagian umat Islam menganggap biasa waktu antara shalat Maghrib dan Isya’ sehingga hanya dimanfaatkan untuk bersantai bersama keluarga atau sibuk dengan urusan dunia. Padahal merupakan salah satu waktu yang memiliki keutamaan, waktu dikabulkannya doa dan memiliki banyak manfaat. Sudah selayaknya menghidupkan waktu tersebut dengan amal-amal baik. Sayyid Abu Bakar bin Sayyid Muhammad Syatha al Maliki al Dimyathi dalam Kifayatu al Atqiya’ wa Minhaj al Ashfiya’ menjelaskan, waktu antara shalat Maghrib dan Isya’ termasuk waktu yang mulia dan utama. Sangat dianjurkan untuk mengisinya dengan amal baik, dan meninggalkan aktivitas yang dapat menyebabkan lupa kepada Allah. Dalam Nashaih al Diniyah, Habib Abdullah al Haddad menjelaskan, di antara waktu yang sangat istimewa adalah antara Maghrib dan Isya’. Oleh karena itu, disunnahkan untuk melakukan shalat sunnah, membaca al Qur’an dan dzikir kepada Allah. Imam al Ghazali, dalam karyanya Ihya’ Ulumuddin menukil dari Sa’id bin Jubair dari Tsauban menulis sebuah hadis tentang keutamaan waktu antara Maghrib dan Isya’. Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang berdiam diri antara Maghrib dan Isya’ di dalam masjid secara berjamaah, tidak berbicara selain shalat atau membaca al Qur’an, maka Allah akan membangun dua panggung untuknya di surga. Setiap satu panggung jaraknya perjalanan seratus tahun, dan Allah juga memberikan sebuah kebun yang terletak diantara keduanya yang lebarnya cukup dihuni oleh seluruh penduduk dunia. Dalam kitab Mughni al Muhtaj karya Imam Khatib Syarbini dijelaskan, shalat sunnah yang dianjurkan untuk dikerjakan pada waktu antara Maghrib dan Isya’ adalah shalat sunnah Awwabin. Dinamakan Awwabin karena orang yang melakukan shalat ini kembali kepada Allah disaat kebanyakan orang melupakannya sebab kesibukan duniawi. Menurut Sayyid Abu Bakar Usman bin Muhammad Syatha al Dimyathi al Syafi’i dalam kitabnya I’anah al Thalibin, antara Maghrib dan Isya’ merupakan waktu istajabah dikabulkannya doa. Oleh karenanya, sangat dianjurkan untuk memperbanyak doa di waktu tersebut. Disamping itu, dianjurkan pula untuk melakukan amalan-amalan yang dapat meningkatkan takwa kepada Allah, seperti membaca al Qur’an, berdzikir dan melakukan shalat Awwabin. Adapun shalat sunnah Awwabin jumlahnya enam rakaat dengan tiga kali salam. Setiap dua rakaat diakhiri dengan salam sebagaima lazimnya shalat sunnah. Pendapat lain mengatakan jumlahnya dua puluh rakaat dengan sepuluh kali salam. Keutamaan shalat awwabin ini dijelaskan dalam salah satu hadis Nabi Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, “Barang siapa shalat enam rakaat setelah Maghrib dan selama itu ia tidak berbicara keburukan, maka hal itu sama dengan ibadah dua puluh tahun”. Abu Isa berkata, “Sungguh telah diriwayatkan dari Aisyah, dari Nabi, beliau bersabda, “Siapa yang shalat dua puluh rakaat setelah Maghrib, maka Allah akan membangun rumah untuknya di surga”. HR. Turmudzi.
2 Jangan Mandi setelah Maghrib. Mandi pada waktu maghrib antara pukul 18.00 - 19.00 juga dilarang, dikarenakan kondisi jantung kita pada waktu itu sangat melemah selain itu mandi pada waktu tersebut juga meningkatkan resiko penyakit paru-paru basah. 3. Jangan Mandi setelah waktu Isya' sampai Jam 12 malam. Mandi setelah waktu Isya loading...Dalam Islam ada waktu-waktu yang penuh dengan limpahan berkah Allah Subhanahu wa taala, salah satunya waktu di sahur dan subuh. Foto ilustrasi/ist Dalam Islam disebutkan ada waktu-waktu yang penuh dengan limpahan keberkahan , salah satunya adalah di waktu pagi hari. Kenapa di waktu pagi hari ini berlimpah keberkahan? Dirangkum dari berbagai sumber, berikut waktu-waktu di mana Allah turunkan banyak keberkahan bagi manusia, yaitu1. Waktu sahurDari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِى السَّحُورِ بَرَكَةً“Makan sahurlah kalian karena dalam makan sahur terdapat keberkahan.”HR Bukhari dan MuslimYang dimaksud barokah adalah turunnya dan tetapnya kebaikan dari Allah pada sesuatu. Barokah bisa mendatangkan kebaikan dan pahala, bahkan bisa mendatangkan manfaat dunia dan akhirat. Namun patut diketahui bahwa barokah itu datangnya dari Allah yang hanya diperoleh jika seorang hamba mentaati-Nya. Baca Juga Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang bersabda,يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ وَمَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ وَمَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ”Rabb kita turun ke langit dunia pada setiap malam yaitu ketika sepertiga malam terakhir. Allah berfirman, ’Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan. Barangsiapa yang meminta kepada-Ku, niscaya Aku penuhi. Dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku ampuni.” HR Bukhari dan MuslimShalat qiyaumul lail termasuk dalam sebuah keberkahan, seseorang ketika bulan Ramadhan rajin melakukannya namun ketika bulan Ramadhan usai maka tidak melakukannya lagi, bukan hanya shalat malam saja namun amalan-amalan lain yang dikerjakan pada bulan Ramadhan. Karena hal demikian bisa jadi berpotensi jika amalan seseorang tidak ulama mengatakan, diantara tanda diterima kebaikan amal adalah kebaikan sampai amalan-amalan yang telah dilakukan hanya sia-sia bagai debu yang subhanahu wa ta’ala berfirmanوَقَدِمْنَاۤ اِلٰى مَا عَمِلُوْا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنٰهُ هَبَآءً مَّنْثُوْرًا“Dan Kami akan perlihatkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami akan jadikan amal itu bagaikan debu yang beterbangan.” QS. Al-Furqan 25 Ayat 23Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,صَلاَةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى، فَإِذَا خَشِيَ أَحَدُكُمُ الصُّبْحَ صَلَّى رَكْعَةً وَاحِدَةً تُوتِرُ لَهُ مَا قَدْ صَلَّى“Shalat malam itu 2 rakaat salam, 2 rakaat salam. Apabila kalian khawatir masuk subuh, hendaknya dia shalat satu rakaat sebagai witir dari shalat malam yang telah dia kerjakan.” HR. Bukhari dan Muslim.Zaman sekarang sulit melakukan shalat malam bisa jadi karena maksiat yang dilakukan, sehingga Allaah memalingknnya. Jika masih sulit maka istighfar karena maksiat menjadi penghalang shalat Waktu Subuh ---== Calon Peserta Didik Baru TA.2015/2016 MTs Banumangun dimohon berangkat pada hari Jum'at tanggal 24 Juli 2015 pukul 07.00, MOPDIK dilaksanakan pada tanggal 27-29 Juli 2015 ==---- Teks Jawaban Alhamdulillah. Pertama Di antara syarat sahnya shalat yang disepakati para ulama adalah masuknya waktu shalat. Sebagaimana firman Allah Ta'ala, إِنَّ الصَّلاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَاباً مَوْقُوتاً سورة النساء 103 "Maka dirikanlah shalat itu sebagaimana biasa. Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman." QS. An-Nisa 103 Syekh Abdurrahman As-Sa'dy rahimahullah berkata, "Shalat wajib dilaksanakan pada waktunya. Hal ini menunjukkan fardhunya shalat dan bahwa dia memiliki waktu khusus yang tidak sah tanpanya. Yaitu waktu-waktu yang telah diketahui oleh kaum muslimin, baik yang kecil, besar, orang pandai atau orang bodoh." Tafsir As-Sa'dy, hal. 198 Kedua Awal waktu shalat Maghrib adalah terbenamnya bulatan Matahari di ufuk sedangkan akhirnya adalah dengan masuknya waktu Isya, yaitu dengan hilangnya mega merah. Dari Abdullah bin Am bin Ash radhiallahu anhum, dia berkata, "Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, وَقْتُ صَلاَةِ الْمَغْرِبِ إِذَا غَابَتِ الشَّمْسُ مَا لَمْ يَسْقُطِ الشَّفَقُ ، وَوَقْتُ صَلاَةِ الْعِشَاءِ إِلَى نِصْفِ اللَّيْلِ رواه مسلم، رقم 612 "Waktu shalat Maghrib adalah sejak matahari terbenam selama terus berlangsung selama mega merah belum hilang. Sedangkan waktu shalat Isya adalah hingga pertengahan malam." HR. Muslim, no. 612 Waktu-waktu yang telah ditetapkan ini berlaku di negeri yang terdapat malam dan siang selama 24 jam. Dalam hal ini tidak diperhitungkan panjangnya siang dan pendeknya malam, kecuali jika waktu Isya tidak cukup untuk menunaikan shalat. Jika tidak cukup, maka seakan-akan dia tidak memiliki waktu, karena itu waktunya diperkirakan dengan perbandingan negeri Islam terdekat yang memungkinkan untuk menunaikan shalat lima waktu. Persoalan yang anda sampaikan memang telah mendapatkan perhatian serius dari para ulama. Mereka saling bertukar pikiran dalam bentuk kajian dan fatwa. Sebagian orang telah membuat tesis khusus dalam masalah ini dengan judul 'Waktu shalat Isya dan waktu mulai berpuasa di negeri-negeri yang mega merahnya baru menghilang pada waktu yang sangat larut dan fajarnya terbit sangat cepat'. Tesis ini disusun oleh Ketua Pusat Studi Islam di Istambul, DR. Thayyar Alati Qalaj. Para ulama berbeda pendapat dalam masalah ini menjadi tiga pendapat; Pendapat pertama, menggunakan rukhshah dengan menjamak shalat Maghrib dan Isya karena adanya kesulitan yang tidak lebih ringan dari hujan atau uzur lainnya yang membolehkan jamak. Pedapat kedua, memperkirakan waktu Isya. Sebagian mereka menjadikan Mekah sebagai patokannya. Yang berpendapat demikian adaah penyusun tesis yang disebutkan tadi. Pendapat ketiga adalah berpedoman dengan waktu-waktu yang ditetapkan berdasarkan ketentuan syar'i bagi masuknya waktu Isya, yaitu hilangnya mega merah, selama memungkin baginya untuk menunaikan shalat. Pendapat terakhi ini yang kami anggap kuat dan inilah yang ditunjukkan oleh nash-nash hadits. Ini pula yang menjadi fatwa Hai'ah Kibar Ulama dan Lajnah Daimah serta kedua orang Syekh; Al-Utsaimin dan Ibnu Baz serta para sejumlah ulama lainnya. Syekh Muhammad bin Shaleh Al-Utsaimin rahimahullah berkata, "Waktu-waktu yang telah ditetapkan ini berlaku di tempat yang terjadi malam dan siang dalam waktu 24 jam, apakah masa malam dan siangnya sama atau salah satunya lebih panjang atau lebih pendek. Adapun di tempat yang tidak ada malam dan siangnya dalam 24 jam, ada dua kemungkinan, apakah hal itu terus terjadi sepanjang tahun atau dalam hari-hari tertentu. Jika hanya terjadi bebeapa hari saja. Misalnya di sebuah tempat terdapat malam dan siang selama 24 jam sepanjang tahun, akan tetapi pada sebagian musim, siangnya atau malamnya terjadi selama 24 jam lebih. Dalam kondisi ini, jika di ufuk terdapat tanda-tanda yang jelas sehingga dapat dijadikan patokan waktu, seperti bertambahnya cahaya misalnya, atau redupnya cahaya sama sekali, maka ketetapannya dapat diukur berdasarkan tanda tersebut. Atau memang tidak ada tanda sama sekali. Maka waktu-waktu shalat ditentukan dari sejak akhir hari sebelum berlangsungnya malam atau siang melebih 24 jam. Adapun jika di tempat tersebut tidak terjadi malam dan siang selama 24 jam sepanjang tahun dan di seluruh musim, maka waktu shalat ditentukan berdasarkan perkiraan. Sebagaimana diriwayatkan oleh Muslim dari hadits Nawwas bin Sam'an radhiallahu anhu, sesungguhnya Nabi shallallahu alaihi wa sallam menyebutkan Dajjal yang akan muncul di akhir zaman, lalu mereka bertanya kepada beliau tentang lamanya dia berada di muka bumi, maka beliau bersabda, "Empat puluh hari. Ada hari yang bagaikan setahun, ada yang bagaikan sebulan, ada yang bagaikan sepekan dan mayoritas harinya seperti hari-hari kalian ini." Lalu mereka bertanya, "Wahai Rasulullah, pada hari yang bagaikan setahun, apakah cukup kita shalat sehari?' Dia berkata, 'Tidak, hendaklah kalian perkirakan waktunya.' Jika ternyata di tempat tersebut malam dan siang tidak silih berganti sehingga kita dapat memperkirakan. Bagaimana kita memperkirakannya? Sebagian ulama berpendapat, hendaknya dia memperkirakan dengan waktu yang normal. Maka dia perkirakan malam selama 12 jam, demikian pula siangnya. Karena, apabila di tempat tersebut tidak dapat ditentukan waktunya, maka di sesuaikan dengan tempat yang normal. Seperti wanita yang terkena istihadhah yang tidak memiliki waktu haid normal dan tidak dapat membedakan darah haid dengan yang lainnya. Sebagian ulama lainnya berpendapat, hendaknya dia memperkirakannya dengan negara terdekat yang disana terjadi silih berganti siang dan malam dalam tahun tersebut. Karena apabila penentuan waktu di tempat tersebut terhalang, maka dia dapat menjadikan tempat terdekat untuk menyerupainya, yaitu negara terdekat yang terdapat malam dan siang selama 24 jam. Inilah pendapat yang kuat, karena lebih kuat alasannya dan lebih dekat pada kenyataan. Majmu Fatawa Syekh Al-Utsaimin, 12/197-198 Ini merupakan pendapat Hai'ah Kibar Ulama semacam MUI di Arab Saudi dan didukung oleh Komisi fatwanya. Telah kami cantumkan fatwa mereka dalam jawaban soal no. 5842. Di dalamnya terdapat ucapan mereka, "… dan riwayat lainnya berupa hadits-hadits yang menunjukkan tentang pembatasan waktu-waktu shalat yang lima, baik dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Tidak dibedakan antara panjang pendeknya siang atau panjang pendeknya malam, selama waktu-waktu shalat dapat saling dibedakan dengan tanda-tanda yang telah dijelaskan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam." Dengan mengamati kondisi negeri tempat kalian belajar, kami dapatkan bahwa di sana terdapat malam dan siang dalam waktu 24 jam sedangkan pendeknya waktu shalat Isya tidak sependek waktu yang orang tidak dapat melaksanakan shalat pada waktu tersebut. Maka dengan demikian, kalian harus melaksanakan shalat pada waktunya secara syar'i. Ketiga; Jika ternyata waktu shalat Isya sangat larut sehingga menyebabkan sangat berat untuk melakukannya, maka ketika itu tidak mengapa menggabungkannya jamak antara shalat Maghrib dan shalat Isya dengan jamak taqdim dilaksanakan pada waktu Maghrib. Dalam jawaban soal no. 5709, kami mengutip pendapat Syekh Utsaimin rahimahullah, "Jika mega merah menghilang sebelum jauh sebelum waktu fajar, sekiranya seseorang masih sempat melaksanakan shalat Isya, maka dia harus menunggu hilangnya mega merah untuk dapat shalat Isya. Kecuali jika hal tersebut sangat menyulitkannya. Maka ketika itu dibolehkan baginya untuk menjamak antara shalat Isya dengan Maghrib dengan cara jamak taqdim pada waktu Maghrib agar dapat mengatasi kesulitan dan perkara memberatkan." Dalam keputusan Konvensi Fiqih Islamy yang menginduk kepada Rabithah Alam Islamy, disebutkan, "Anggota majelis telah mendiskusikan tentang waktu-waktu shalat dan puasa di negeri yang berada di garis lintang tinggi. Mereka telah mendengarkan berbagai kajian syariah dan astronomi yang dipresentasikan oleh sebagian anggotanya, juga penampilan beberapa tayangan penjelas dari sisi teknis yang memiliki kaitan dan menunjang lahirnya beberapa rekomendasi pada pertemuan majelis yang ke sebelas. Keputusannya adalah sebagai berikut; "..... Ketiga; Wilayah yang memiliki derajat tinggi terbagi menjadi tiga bagian, Wilayah pertama, yang terletak antara garis lintang 45o dan 48 o dari arah utara dan selatan. Keistimewaan daerah ini, memiliki tanda-tanda waktu yang sangat tampak dalam 24 jam, baik dari sisi panjang atau pendeknya. Wilayah Kedua, terletak antara kedua lintang 48 o dan 66 o dari arah utara dan selatan. Di wilayah ini tidak terdapat sebagian tanda-tanda astronomi terkait waktu dalam beberapa hari dalam setahun. Misalnya tidak hilangnya mega merah yang menjadi tanda dimulainya waktu Isya. Sehingga waktu Maghrib terus memanjang hingga bersambung dengan waktu Fajar. Wilayah Ketiga, terletak di atas garis lintang 66o dari arah utara atau selatan hingga ke kutub. Di wilayah ini tanda-tanda penunjuk waktu tidak terdapat dalam waktu yang lama sepanjang tahun, baik siang ataupun malam. Keempat; Hukum di wilayah pertama, hendaknya berpedoman pada waktu-waktu shalat secara syar'i, juga dalam puasa berpedoman dengan waktu syar'i, yaitu dimulai sejak terbit fajar sadiq hingga matahari terbenam. Sebagai pengamalan terhadap nash-nash syar'i dalam masalah waktu-waktu shalat, puasa. Siapa yang tidak mampu untuk berpuasa pada suatu hari, atau tidak mampu menyempurnakannya, karena waktunya terlalu panjang, maka dia boleh berbuka dan menggantinya qadha pada hari-hari lain yang dianggap cocok...." Kondisi inilah yang terjadi pada pertanyaan yang disampaikan sebagaimanya demikian tampaknya. Dalam keputusan berikutnya yang ditetapkan oleh Konvensi Fiqih Islam, menguatkan apa yang telah ditetapkan sebelumnya dan memberikan keringanan bagi orang yang sangat berat dalam menunaikan shalat Isya, yaitu dengan menjamaknya dengan shalat Maghrib. Namun dinyatakan juga bahwa hendaknya hal tersebut menjadi kebiasaan umum, tapi hanya berlaku bagi para pemilik uzur. Disebutkan dalam keputusan tersebut; "Adapun jika tanda-tanda waktu shalat masih terlihat, akan tetapi hilangnya mega merah sebagai tanda masuknya waktu Isya sangat terlambat, maka dewan menilai tetap diwajibkan melaksanakan shalat Isya pada waktunya secara syar'i. Akan tetapi, siapa yang berat baginya menunggu dan melaksanakannya pada waktunya, seperti pelajar, pegawai atau para pekerja pada hari-hari kerja mereka, maka mereka boleh menjamak sebagai pengamalan terhadap nah-nas yang berbicara tentang menyingkirkan kesulitan dari umat ini. Di antaranya riwayat yang terdapat dalam shahih Muslim dan lainnya dari Ibnu Abbas radhiallahu anhum, dia berkata, جمع رسول الله صلى الله عليه وسلم بين الظهر والعصر ، والمغرب والعشاء بالمدينة ، من غير خوف ولا مطر ، فسئل ابن عباس عن ذلك فقال أراد ألا يُحرج أمته . "Rasulullah saw menjamak antara Zuhur dan Ashar, Maghrib dan Isya di Madinah, bukan karena takut dan bukan karena hujan." Lalu Ibnu Abbas ditanya latar belakang hal tersebut, maka dia berkata, "Beliau tidak ingin membuat sulit umatnya." Namun hendaknya, perkara menjamak ini bukan menjadi dasar bagi seluruh orang di negeri tersebut sepanjang waktu. Karena jika demikian, berarti mengubah rukhshah menjadi perkara baku. Adapun batasan kesulitan tersebut, landasannya adalah urf kebiasaan dan perkara ini berbeda antara satu orang dengan yang lainnya, atau perbedaan temat dan kondisi." Pertemuan Kesebelas yang diadakan di Kantor pusat Rabithah Alam Islamy, Mekah Al-Mukarramah, 22-27 Syawwal 1428 H – 3- November 2007 M, Keputusan Kedua Keempat Adapun memperkirakan waktu antara Maghrib dan Isya sekitar 1 jam 32 menit, tidak kami dapatnya sumbernya dari Syekh Utsaimin dan yang lainnya. Telah kami sebutkan ucapan beliau sebelumnya dan beliau tidak menyebutkan pendapat ini atau menguatkannya. Kemungkinan terjadi kekeliruan dari pihak yang mengutip, bahwa yang dimaksud oleh Syekh Utsaimin adalah waktu Maghrib dan Isya biasanya di negeri-negeri tengah, atau di Arab Saudi, dan itu adalah yang lebih dekat. Berikut ucapan beliau, "Waktu Isya sebenarnya tidak ditentukan dengan azan, karena waktu Isya kadang-kadang di sebagian tahun atau di sebagian musim, antara terbenamnya matahari dan waktu masuknya Isya berlangsung selama satu perempat jam, kadang satu sepertiga jam, kadang satu jam 25 menit, kadang satu jam 32 menit. Ada perbedaan, tidak mungkin ditetapkan sama untuk seluruh musim." Jalsah Ramadaniah B. Beliau rahimahullah juga berkata, "Waktu Maghrib sejak terbenamnya matahari hingga hilangnya mega merah. Kadang berlangsung selama satu setengah jam antara Maghrib dan Isya, kadang satu jam sepertiga, kadang satu jam 17 menit. Berbeda-beda." Majmu Fatawa Syekh Utsaimin, 7/338 Kesimpulan 1- Di negeri yang terdapat malam dan siang selama 24 jam, wajib berpedoman dengan waktu-waktu shalat secara syar'i, malaupun malamnya lebih panjang atau lebih pendek. 2- Di negeri yang tidak terdapat malam dan siang selama selama 24 jam, wajib berpedoman dengan tempat terdekat yang terdapat malam dan siang. 3- Di negeri yang mega merahnya bersambung hingga terbit fajar atau baru menghilang namun tidak ada waktu yang cukup untuk melaksanakan shalat Isya, maka dia harus berpedoman dengan tempat terdekat yang cukup waktu baginya melaksanakan shalat Isya. 4- Dibolehkan bagi yang memiliki uzur untuk menjamak antara shalat Maghrib dan Isya jika terhalang baginya untuk menunggu masuknya waktu shalat Isya. Wallahua'lam .
Danpada waktu salat Maghrib sama juga, jika matahari telah tenggelam sebelum berangkat maka menjama' antara Maghrib dan 'Isya. Tetapi jika sudah berangkat sebelum matahari matahari tenggelam maka mengakhirkan waktu salat Maghrib sampai berhenti untuk salat 'Isya, kemudian menjama' keduanya." (HR Abu Dawud dan at-Tirmidzi).
home keutamaan maghrib Tausyiah Senin, 23 Agustus 2021 - 1648 WIB Salah satu waktu yang paling berkah selain sahur adalah waktu antara Maghrib dan Isya. Di waktu yang singkat tersebut kita diperintahkan untuk mengisinya dengan ibadah. Tausyiah Jum'at, 10 Juni 2022 - 1706 WIB Keutamaan membaca Surat Yasin setelah sholat Maghrib diterangkan dalam banyak riwayat Hadis. Bahkan ada ulama mengatakan pahala membaca Yasin menyamai 10 kali khatam Al-Quran. Tips Kamis, 22 Desember 2022 - 1551 WIB Waktu Maghrib mendapat perhatian khusus dari Rasulullah Shallalahu Alaihi wa Sallam, karena waktu tersebut adalah awal dimulainya malam dan pertanda mulai keluarnya bala tentara jin, yakni setan Hikmah Jum'at, 20 Januari 2023 - 1742 WIB Sebuah Hadis masyhur pernah disampaikan Nabi Muhammad SAW tentang larangan keluar rumah saat Maghrib atau setelah matahari alasan ilmiahnya. Tausyiah Selasa, 08 November 2022 - 1401 WIB Waktu Maghrib mendapat perhatian khusus dari Rasulullah Shallalahu Alaihi wa Sallam, karena waktu tersebut adalah awal dimulainya malam dan pertanda mulai keluarnya bala tentara jin, yakni setan. Tips Rabu, 23 Februari 2022 - 2239 WIB Salah satu syarat sah dan diterimanya sholat adalah dikerjakan pada waktunya. Berikut batasan waktu sholat Maghrib dan Isya sebagaimana dijelaskan dalam Hadis Nabi. Tips Selasa, 11 April 2023 - 1550 WIB Doa dan zikir setelah salat Maghrib ini dicontohkan Rasulullah SAW. Doa dan zikir ini penting diketahui umat Islam, karena doanya ringkas tetapi fadhilahnya dapat menambah ketaatan. Tausyiah Kamis, 02 Maret 2023 - 1330 WIB Seringkali kita mendengar orang tua menasehati anak-anaknya agar jangan suka keluar atau berkeliaran di waktu maghrib atau petang tiba. Bagaimana pandangan Islam tentang waktu maghrib ini? Tausiyah Selasa, 07 Mei 2019 - 2001 WIB Ulama sekaligus dai lulusan S2 Darul-Hadits Maroko, Ustaz Abdul Somad UAS menerangkan fadhillah keutamaan salat berjamaah. Tips Minggu, 11 Juni 2023 - 1704 WIB Ada satu amalan yang apabila dibaca pada pagi hari dan sore hari maka ia akan mendapatkan syafaat pertolongan dari Nabi Muhammad SAW. Berikut Hadisnya. Tausyiah Senin, 08 Februari 2021 - 1611 WIB Kalimat basmalah sudah tidak asing bagi umat Islam. Kalimat Bismillah merupakan bagian dari surah Al-Fatihah yang agung dalam Al-Quran. Berikut keutamaannya. Tausyiah Senin, 22 Mei 2023 - 0630 WIB Zulkaidah adalah bulan ke-11 dalam kalender Hijriyah. Bulan ini merupakan permulaan dari empat bulan haram yang diagungkan Allah. Berikut keutamaan dan amalan yang dianjurkan. Tips Senin, 27 Februari 2023 - 1749 WIB Keutamaan membaca Surat Yasin di malam Nisfu Syaban telah dijelaskan oleh para ulama sebagai amalan yang sangat baik dalam rangka bermunajat kepada Allah. Muslimah Selasa, 04 Mei 2021 - 0857 WIB Malam Al-Qadr atau Lailatul Qadar adalah malam terbaik di antara malam-malam lain dalam setahun, yang beribadah di dalamnya bernilai lebih dari 1000 bulan. Bagaimana dengan perempuan yang sedang haid? Apakah bisa mendapatkan keutamaan dari malam Lailatul Qadar? Tips Selasa, 24 Januari 2023 - 0929 WIB Banyak keutamaan membaca Al-Quran surat az-Zumar. Surat ini termasuk Al-Matsani untuk Rasulullah SAW sebagai pengganti Injil. Nabi senantiasa membacanya setiap malam. Hikmah Sabtu, 25 Desember 2021 - 2308 WIB Selain Jumat, ada satu hari yang memiliki keutamaan mulia yaitu, Senin ?????? ???????????? atau Yaumul Itsnain. Berikut keutamaan meninggal dunia pada Hari Senin. Tips Senin, 04 Juli 2022 - 0743 WIB Banyak ibadah sunnah yang dianjurkan tathawu bisa dilakukan di bulan istimewa Dzulhijjah ini. Ibadah tathawu sendiri merupakan perkara yang akan menambah pahala, menggugurkan dosa-dosa. Tips Rabu, 13 Oktober 2021 - 0916 WIB Tawadhu atau sifat rendah hati merupakan sebuah akhlak dalam Islam yang tergolong ke dalam akhlak terpuji. Tawadhu dalam Islam berarti seseorang menempatkan dirinya lebih rendah di hadapan Allah dan hamba-hamba Allah Subhanahu wa taala. Tausyiah Rabu, 25 Mei 2022 - 2348 WIB Wudhu merupakan amalan yang tidak dapat dipisah dari aktivitas seorang muslim. Berikut beberapa keutamaan dan manfaat wudhu sebelum tidur. Tausiyah Senin, 21 Oktober 2019 - 0515 WIB Senin adalah hari kedua dalam satu pekan setelah hari Minggu Ahad. Kata Senin diambil dari bahasa Arab yaitu Isnain yang berarti dua. Berikut keutamaannya. IvVIGl6.
  • 86cvfovdve.pages.dev/396
  • 86cvfovdve.pages.dev/85
  • 86cvfovdve.pages.dev/392
  • 86cvfovdve.pages.dev/380
  • 86cvfovdve.pages.dev/92
  • 86cvfovdve.pages.dev/269
  • 86cvfovdve.pages.dev/249
  • 86cvfovdve.pages.dev/349
  • 86cvfovdve.pages.dev/116
  • menghidupkan waktu antara maghrib dan isya